Kenapa anak menangis. Saya jelaskan peristiwa baru saja yang saya saksikan itu kepada kedua orang tua. Ayah saya sampaikan nasihat yang saya ukir di hati saya sampai hari ini:. Apalagi lidahmu masih belum kuat.
Kamu Sekolah dengan baik dan rajin. Pada ada waktu nanti, kaki dan tanganmu sudah cukup kuat untuk berdiri dan lidahmu makin kuat, kamu bisa berjalan dan gunakan lidahmu untuk bersuara dan membela bangsamu. Pasti waktumu akan tiba. Kamu harus menjadi orang besar. Kamu harus menjadi kepala. Kamu harus keliling dunia. Tujuan utama untuk membela bangsamu. Sekolah baik-baik. Jangan pernah membenci orang-orang yang melukai bangsamu. Bersuaralah dan melangkah dengan hati tulus, jujur, benar dan adil.
Doa Ayah dan Mamamu menyertaimu. Hargai semua orang. Kasihilah semua orang. Anak, jangan orang pernah melanggar nasihat Ayah dan Ibumu ini. Kamu harus pegang dengan erat nasihat ini. Sekarang, kamu jangan menangis, kamu orang besar. Nasihat dan orang tua saya menghilami saya dan sudah menjadi pelita hati dan cahaya pikiran saya. Sekarang kaki dan tangan saya sudah kuat. Lidah saya sudah kuat. Saya sudah sekolah. Doa kedua orang tua saya sudah menjadi nyata.
Saya sudah menjadi pemimpin umat. Saya sudah mulai keliling dunia. Sudah 45 tahun saya lalui sejak sampai Usia saya tahun ini sudah 55 tahun. Saya lahir pada 6 Juni Guru saya potong 4 tahun kelahiran saya dan tulis dalam ijazah 6 Juni Dalam usia 55 tahun ini, saya tetap ingat dengan segar seluruh nasihat kedua orang tua saya telah menjadi terang hidup dan juga peristiwa yang menyayat hati saya.
Saya selalu membersihkan hati dan pikiran saya supaya nasihat-nasihat orang tua saya tidak menjadi redup dan tidak padam dan tidak menjadi kotor.
Walaupun saya tahu, nasihat itu tidak mungkin redup, padam dan menjadi kotor. Karena nasihat kedua orang tua itu kekal dan abadi dan milikku dan tidak ada orang lain rampas dengan cara apappun. Saya menjaga dan memeliharanya sebagai benteng pertahanan. Kedua orang tua saya juga menasihati dan membekali perjalanan hidup saya untuk selalu berbicara JUJUR walaupun itu sangat menyakitkan bagi yang mendengarkannya.
Tuhan Yesus bertanya kepada Rasul Simon Petrus. Apakah engkau mengasihi Aku? Pertanyaan Yesus Kristus ini disampaikan tiga kali berturut-turut. Penugasan ini sangat tegas, jelas bagi kita semua. Jaga umat Tuhan. Lindungi umat Tuhan. Memberkati umat Tuhan. Menuntun umat Tuhan. Separatiskanlah domba-domba-Ku. KKSB-kanlah domba-domba-Ku. Kerjalah domba-domba-Ku. Tembaklah dan matikanlah domba-domba-Ku. Penjarakanlah domba-Ku. Angkatlah dan sandiwarakan domba-domba-Ku hanya pura-pura untuk misi dan kepentingan politik.
Jangalah kamu berbuat seolah-seolah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. Saudara-saudara, peristiwa tahun itu tidak pernah berubah wajah sampai hari ini. Marilah kita berdoa, bekerja dan berjuang dengan cara-cara damai dan bermartabat untuk mengakhiri penindasan dan penjajahan dan belenggu kuasa Iblis dan dosa dan juga kuasa kolonialisme Indonesia yang menduduki dan menjajah dan menindaskan domba-domba Allah di West Papua.
Kita punya hak untuk membela hak hidup, martabat dan kehormatan kita. Kita harus mengakhiri tetesan air mata, cucuran darah dan penderitaan domba-domba Allah di West Papua. Mari kita menghargai dan menghormati martabat manusia sebagai gambar dan rupa Allah Kejadian Joko Widodo memainkan peran Sinetron dengan mengendong anak kecil dari bangsa West Papua. Menurut pak Jokowi, pendekatan lelucon begini akan menyembuhkan luka hati dan penderitaan rakyat dan bangsa West Papua.
Seorang teman baik penulis, ilmuwan, cendiawati, intelektual ternama yang dimiliki Indonesia dan juga peneliti senior LIPI, Dr. Adriana Elisabeth menanggapi komentar penulis. Berikut ini komentar penulis Yoman pada 16 Nop Atau pandai bersandiwara. Misionaris pendekatan kasih yang tulus dan pendekatan para kolonial ialah pendekatan sarat pesan politik. What do you think?
This ini my opinion and interpretation for the pictures. Tanggapan Dr. Bgm menurut bpk Pendeta? Tanggapan penulis Yoman. Apa karena hanya seremonial dan simbolik? Jadi tidak menyentuh esensi Papua yang sesungguhnya. Sebelum Presiden memainkan peran Sinotron di Merauke, Kapolda Papua juga lebih dulu pada awal Nopember buat film Sinetron di Kabupaten Lanny Jaya dengan duduk di tengah anak-anak kecil dan juga mendukung seorang anak kecil.
Menurut bangsa kolonial Indonesia yang menduduki dan menjajah bangsa West Papua, pendekataan seperti ini akan mengambil hati dan menyembuhkan luka dan penderitaan rakyat di West Papua. Pendekatan ini semakin melukai hati dan memperpanjang penderitaan bangsa West Papua. Cara-cara ini penghinaan, pelecehan dan merendahkan martabat dan harga diri bangsa West Papua. Rakyat dan bangsa West Papua tidak minta digendong dan dibuat film Sinetron.
Film Sinetron yang dibuat Ir. Joko Widodo dan Kapolda Papua merupakan bagian integral yang terpisahkan dari kebohongan ini. Pendekatan ini ialah murni agenda politik untuk berbohong lagi kepada komunitas internasional bahwa dengan memutar Film Sinetron di mana-mana.
Para diplomat bahkan presiden sendiri akan gunakan Film Sinetron sebagai materi kampanye bahwa di West Papua aman-aman saja. Mereka cinta NKRI. Di West Papua Tanah Damai. Presiden Republik Indonesia dan Kapolda Papua hanya bersandiwara, berpura-pura, serimonial, simbolik, pencitraan dan tidak menyentuh esensi masalah bangsa West Papua, yaitu:. Status politik bangsa West Papua: Penggabungan dengan moncong senjata. Sejarah penggabungan yang cacat hukum dan moral dan melanggar prinsip hukum Internasional.
Itu pun harus dilakukan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Papua, Majelis Rakyat Papua, dan seluruh pemangku kepentingan di kabupaten-kabupaten. Jangan masalah ini dibahas di Jakarta. Sementara isu draft Pergub tersebut, salah satunya mengamanatkan Pemprov membentuk tim penanganan dugaan pelanggaran HAM di Papua, yang hanya menangani kejadian di Wamena pada dan Paniai Ini yang kami tidak mau.
Kesannya lembaga negara yang berwenang malah mempertahankan ego masing-masing. Menurut Berners-Lee, saat ini internet memiliki banyak masalah yang membuatnya menjadi tempat yang tidak nyaman. Segala macam hal telah menjadi salah. Dalam kontrak ini, pemerintah harus memastikan bahwa semua rakyatnya harus terhubung dengan internet dan privasi mereka harus dihormati agar mereka bisa online secara bebas dan aman.
Sedangkan perusahaan teknologi dituntut untuk membuat internet lebih terjangkau dan dapat diakses semua orang, menghormati privasi dan data pribadi pengguna serta mengembangkan teknologi yang memastikan web sebagai tempat yang aman untuk penggunanya. Pengguna internet pun diminta untuk membuat konten yang relevan, membangun komunitas yang menghormati tatanan sipil dan martabat manusia serta memperjuangkan web yang terbuka bagi semua orang.
Kontrak ini nantinya akan diterbitkan oleh World Wide web Foundation pada bulan Mei , ketika separuh dari populasi dunia sudah terhubung dengan internet. Sudah lebih dari 50 organisasi menandatangani kontrak ini, termasuk Facebook, Google, pemerintah Prancis, serta individu seperti pendiri Virgin Group, Richard Branson.
Pengungsi asal Suriah di Turki ingin pulang ke tanah air mereka. Seorang pengungsi asal Tal Abyad, Shair Radeyni, yang tiba di Akcakale tiga tahun lalu, mengatakan kelompok teror mengusir sebagian besar warga Arab Sunni.
Koteka, pakaian untuk menutup kemaluan laki-laki masyarakat Papua, perlu diusulkan untuk masuk dalam daftar perlindungan mendesak UNESCO, mengingat saat ini kalangan laki-laki terpelajar di daerah Pegunungan Tengah dan Suku Dani yang tinggal di Kota Wamena, Papua jarang mengenakan koteka, kecuali pada saat upacara adat.
Dengan melihat kondisi itu, dikhawatirkan tradisi berkoteka akan musnah ditelan modernisasi, sehingga harus dijaga kelestariannya. Koteka dapat dikategorikan sebagai warisan budaya tak benda. Konvensi UNESCO mengenai warisan budaya tak benda menyebutkan warisan budaya tak benda mengandung arti berbagai praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan yang diakui oleh berbagai komunitas, kelompok, dan dalam beberapa hal tertentu, perorangan sebagai bagian warisan budaya mereka.
Warisan budaya tak benda ini bagi masyarakat, kelompok, dan perorangan memberikan rasa identitas dan keberlanjutan, membantu mereka memahami dunianya dan memberikan makna pada kehidupan dan cara mereka hidup bermasyarakat.
Sumber dari keragaman budaya dan bukti nyata dari potensi kreatif umat manusia, warisan tak benda secara terus-menerus diciptakan oleh penerusnya, karena warisan ini dipraktikkan dan disampaikan dari individu ke individu lain dan dari generasi ke generasi. Negara-negara yang telah meratifikasi Konvensi Warisan Budaya tak benda berkomitmen untuk melindungi dan melestarikan warisan dengan melakukan berbagai upaya seperti perlindungan, promosi, dan penyampaian melalui pendidikan formal dan non-formal, penelitian dan revitalisasi, dan untuk meningkatkan penghormatan dan kesadaran.
Jika dikaitkan dengan keberadaan koteka di pegunungan tengah Papua, sebagai negara yang telah meratifikasi Konvensi UNESCO , maka pemerintah Indonesia wajib melindungi dan melestarikan koteka. Konvensi UNESCO menyatakan warisan tak benda bagi semua masyarakat, baik besar maupun kecil, dominan atau tidak dominan patut dihormati.
Hal ini jelas menekankan pentingnya keterlibatan aktif dari masyarakat dalam melindungi dan melestarikan, serta mengelola koteka sebagai warisan budaya, karena hanya merekalah yang dapat mempertahankan keberadaan dan memastikan masa depan warisan tersebut. Koteka secara harfiah adalah pakaian untuk menutup kemaluan laki-laki dalam budaya penduduk pegunungan tengah Papua. Koteka terbuat dari kulit labu air Lagenaria siceraria. Isi dan biji labu tua dikeluarkan dan kulitnya dijemur.
Koteka ini dipakai dengan cara menggantungkannya dengan tali pada sebuah ikat pinggang, sehingga berdiri ke depan, pada ujungnya seringkali dibuat jambul. Tidak hanya koteka suku Dani, koteka khas kaum pria suku Yali di Kabupaten Yalimo, juga terancam punah, seiring makin banyaknya anggota suku yang menggunakan pakaian modern.
Koteka ternyata tak hanya pakaian, tapi juga fungsi lain. Pakaian tradisional suku Yali mulai ditinggalkan dan hanya generasi tua yang menggunakan. Sedangkan generasi muda suku itu, lebih suka menggunakan pakaian modern berbahan kain. Pakaian tradisional suku Yali adalah paduan antara koteka dan lingkaran rotan yang dililitkan ke badan. Bahan koteka suku Yali adalah buah labu panjang yang dikosongkan isinya kemudian dikeringkan dengan dijemur di atas perapian.
Setelah kering, labu tersebut dipasang di atas kemaluan lelaki suku Yali, dan diikat dengan tali rotan halus yang dililitkan di bagian pinggang hingga perut. Lingkaran rotan di perut dan badan, juga menunjukkan tingkat keberanian seorang pria dari suku itu. Semakin banyak lingkaran yang dimilikinya, berarti semakin tinggi pula tingkat keberanian dan status yang dimilikinya itu. Sebab rotan hanya tumbuh di luar daerah Yali, sehingga orang Yali biasa menyebut rotan hanya tumbuh di daerah musuh, dan untuk memperolehnya harus menempuh risiko.
Lingkaran rotan dan koteka juga bukan cuma pakaian dan perhiasan. Ada kegunaan lain dari pakaian tradisional ini, yaitu untuk membuat api. Rata-rata pria Yali membuat api dengan menggunakan sebuah tali rotan sebagai korek api. Untuk membuat api, seorang suku Yali akan mengambil sepotong rotan dari pakaian mereka, kira-kira sepanjang 60 sentimeter. Rotan itu lalu dililitkan ke sepotong kayu yang diletakkan di atas tanah, dikelilingi dengan rumput dan dahan kering.
Lalu, lelaki itu akan berdiri, dengan masing-masing kaki menginjak ujung kayu. Dengan tangan, mereka akan menarik tali rotan yang dililitkan tadi dengan cepat naik turun digesekkan ke kayu, sampai keluar asap, api mulai menyala, dan ujung tali putus terbakar.
Setelah itu, mereka menutupi kayu tersebut dengan rumput dan meniup sampai terjadi kobaran api yang besar. Saat ini pakaian tradisional suku Yali belum terdokumentasi dengan baik. Perlu penelitian mendalam serta pendokumentasian lengkap dan baik, dalam beragam metoda pendokumentasian, sebelum pakaian ini benar-benar punah.
Penggunaan pakaian tradisional ini dalam festival budaya maupun pada hari besar nasional, juga dapat menjadi cara untuk melestarikan pakaian tersebut. Siapa yang tak mengenal suku Asmat di Papua?
Suku ini terkenal memiliki tradisi seni ukir yang khas dan terkenal sampai ke mancanegara. Bahkan seniman terkenal Eropa, Pablo Picasso, pada masa hidupnya mengagumi seni ukir ini. Oleh sebab itu, rasanya perlu sekali tradisi seni ukir khas ini diusulkan menjadi salah satu warisan budaya Papua yang diakui oleh UNESCO.
Seni ukir Asmat menunjukkan keahlian istimewa pembuatnya yang disertai perasaan yang tinggi akan garis-garis indah dan komposisinya. Maha karya yang terdiri atas beragam ukiran itu muncul di tengah masyarakat yang melangsungkan hidupnya di atas lumpur rawa.
Pelestarian tradisi ukiran Asmat merupakan sebuah unsur penting untuk memelihara identitas, jati diri, dan rasa bangga orang Asmat terhadap budayanya sendiri. Seni ukir Asmat dapat dikategorikan sebagai warisan budaya tak benda yang perlu diusulkan guna memperoleh perlindungan, pengakuan, dan pengesahan UNESCO sebagai warisan dunia dari Papua. Konvensi UNESCO menetapkan sejumlah karakteristik untuk mengategorikan suatu budaya termasuk dalam warisan budaya tak benda.
Ciri-ciri budaya yang masuk dalam kategori tersebut adalah budaya yang ditularkan antargenerasi, berkembang secara dinamis, menyatu dengan identitas komunitas, dan merupakan sumber kreativitas.
Bentuk atau jenis ukiran Asmat bisa berbentuk rupa manusia, perahu, perisai, dan lain-lain. Dengan motif hewan seperti cicak, kadal, ataupun purwarupa alam.
Sumber : JUBI. Konflik Papua masih menjadi isu seksi yang bergaung hingga kini. Perbedaan fisik, ras dan budaya, perbedaan ekonomi dan kesejahteraan, serta pertumbuhan ideologi politik eksklusif sering menjadi pemicunya.
Selain itu, sengketa sejarah integrasi politik, nasionalisme kepapuaan, kesenjangan pembangunan, tindak kekerasan dan pelanggaran hak asasi, serta kisah marginalisasi dan diskriminasi orang Papua, menambah panjang litani penyebabnya.
Konflik ini juga membentang panjang dalam sejarah, rentan ditunggangi, dan melibatkan banyak pihak. Tidak heran jika konflik Papua kini telah menjadi konflik multidimensi. Banyak pihak telah mencurahkan pelbagai upaya penanganan. Alhasil, penyelesaiannya secara menyeluruh tidak kunjung mewujud. Buku ini berusaha menganalisis konflik Papua dan menawarkan gagasan resolusi berupa dialog inklusif-proporsional.
Ada dua pisau analisis, yaitu perspektif konflik yang terjadi di Tanah Papua yang resolusinya adalah dialog pembangunan dan konflik terkait sengketa Tanah Papua yang resolusinya adalah dialog politik. Dua hal ini harus berjalan beriring. Buku ini mengupas tuntas dua perspektif analisis tersebut beserta resolusinya. Imajinasi dan Perjuangan II. Saya akan menulis apa yang saya tahu dan yang saya percaya.
Saya selalu menulis apa yang saya lihat. Saya selalu menulis apa yang dialami oleh bangsaku. Saya selalu bersuara bagi bangsaku yang tak bersuara, dan membisu.
Saya selalu hadir dengan tulisan-tulisan untuk bangsaku yang teraniaya dan tertindas dan terabaikan. Apapun kata orang, terutama orang Melayu Indonesia yang menjajah rakyat dan bangsaku.
Saya sudah sekolah dan saya sudah tahu siapa itu bangsa Melayu Indonesia sesunggunhnya. Ia merampok kemerdekaan dan kedaulatan kami dan menduduki dan menjajah bangsa kami selama ini. Bangsa kolonial memang tidak pernah mengakui ia adalah penjajah. Pemahaman ini terbukti dengan wajah kolonial Indonesia yang menduduki bangsa West Papua selama ini.
Ia mengaku penyelamat dan membawa perubahan dan kemajuan. Ia mengaku mebangun bangsa West Papua. Pernyataan ini paradoks dengan fakta di lapangan yang terlihat wajah-wajah perampok, pencuri dan pembunuh dan watak kriminal.
Pembunuh bangsa kami disebut pahlawan dan dinaikan pangkat dan diberikan jabatan. Para kolonial memang tidak pernah menerima pendapat dari bangsa yan dijajah. Penjajah selalu memaksa supaya pandangannya harus diterima oleh bangsa diduduki.
Pater Dr. Untuk menjelaskan topik ini penulis membawa para pembaca untuk melihat dan mengerti bahwa bangsa West Papua ialah bangsa yang merdeka dan berdaulat sebelum bangsa Indonesia merampok, menduduki dan menjajah bangsa West Papua. Penulis berangkat dari kehidupan bangsa West Papua dari suku Lani dimana penulis berasal.
Pertama, Lani artinya pergi. Kedua, Lani artinya orang yang tidak mempunyai kerabat. Dari kemerdekaan dan kedaulatan ini, pertanyaan yang perlu dijawab oleh kita semua, terutama kolonial Indonesia ialah sebagai berikut:. Siapa yang pernah mengajar bangsa West Papua dalam suku Lani untuk membuat honai dengan bahan-bahan yang berkualitas dan bertahan sampai 50 tahun?
Siapa yang mengajar bangsa West Papua dalam suku Lani membuat pagar dengan bahan-bahan yang berkualitas dan bertahan bertahun-tahun? Siapa yang mengajar membuat kebun dengan teratur dan menanam umbi-umbi yang bermutu tinggi? Ahli atau konsultan siapa yang mengajar untuk membangun jembatan gantung untuk sungai-sungai besar dengan bahan-bahan berkualitas? Bagaimana caranya mereka menyebrangi sungai itu dalam memuat material?
Siapa yang melakukan penelitian untuk bahan-bahan berkualitas untuk membuat noken, membuat panah,membuat gelang dan kerajinan lainnya? Tanpa tradisi tertulis dan tanpa rumusan matematika yang rumit, suku-suku pegunungan itu mampu membuat lingkaran yang hampir sempurna, dan mampu membangun jembatan kayu dan rotan melintasi jurang-jurang yang dalam, tanpa menggunakan sebatang paku pun. Mendengar pengalaman orang-orang luar yang pernah bertemu dengan masyarakat Dani di Pegunungan Tengah, maka ternyata mereka semua menjadi heran dan kagum.
Heran, karena masyarakat Pegunungan Tengah, yang hidup teritolasi dan terkurung di tengah-tengah gunung-gunung tinggi dan yang sebelumnya dianggap primitif di segala segi kehidupannya, yang lagi dikhawatirkan jahat itu, ternyata orang-orang yang ramah, bersahabat dan sopan.
Sehingga kekayaan kultural yang memperkuat identitas kepapuan sengaja dimatikan an warga pendukungnya diintimidasi dan diteror agar ia meninggalkan jati dirinya. Jadi mitos tentang koteka, Zaman Batu dan lain-lain itu, memang sengaja dipupuk karena mendukung cara berpikir penguasa.
Watak kolonialisme Indonesia digambarkan dengan tepat oleh Prof. Franz Magnis-Suseno. Papua adalah luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia hal. Untuk menjadi Pemimpin no. Kecuali Papua berdiri sendiri sebagai sebuah negara berdaulat.
Seharusnya setiap pelaksanaan pemerintahan ditentukan oleh pemerintahan daerah ini sendiri yang telah dikhususkan tersebut. Dengan demikian kita harus berpola pikir untuk setiap posisi dalam pemerintahan baik eksekutif, legislatif dan yudikatif di Papua bahkan pemerintahan provinsi hingga pemerintahan kampung di pegang persen oleh orang asli Papua. Pekan dini, sedang digencar persiapan pemilihan calon legislatif baik di pusat, provinsi dan kabupaten.
Diharapkan setiap orang Asli Papua untuk memilih anak-anak adat asli Papua untuk menduduki setiap kursi kehormatan tersebut. Anak adat asli Papua baik laki-laki dan perempuan memiliki integritas, intelek, dan kompeten, untuk menyuarakan dan memperjuangkan Hak Orang Asli Papua. Tidak pernah ada Orang Asli Papua yang di percayakan menduduki posisi apapun di wilayah provinsi lain. Maka saatnya orang asli Papua pun bertindak untuk menduduki posisi apapun yang ada di tanah Papua. Ini baru murni otsus itu benar-benar untuk orang Papua tetapi salah pergunakan oleh pihak ke tiga atau semuanya kepenting Individualis.
Pembahasan terkait isu Papua selalu mengundang kontroversi. Masih segar di ingatan kita tentang video diplomat yang viral di sosial media. Ia menyangkal tuduhan bahwa Indonesia melakukan pelanggaran HAM, justru sebaliknya melakukan banyak pembangunan di tanah Papua.
Bahkan melalui UU Otonomi Khusus, Papua mendapatkan keistimewaan dari Indonesia melalui anggaran yang sangat besar untuk pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia. Sebagai masyarakat Indonesia, banyak dari kita tentu bangga dengan pernyataan diplomat muda tersebut dan merangkul Papua sebagai bagian dari Indonesia.
Di sisi lain, tuduhan pelanggaran HAM seringkali dikumandangkan pihak internasional yang tentu bukanlah tanpa dasar. Kompleksnya permasalahan Papua dan minimnya pemberitaan membuat sebagian besar masyarakat Indonesia pun tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi di sana.
Perdebatan ini memantik kami untuk melakukan diskusi bersama Ligia Judith Giay, sejarawan yang lahir dan besar di tanah Papua, tepatnya di Sentani, Jayapura. Hasil diskusi ini disarikan menjadi lima bagian dan ditutup dengan kesimpulan yang disusun oleh moderator diskusi, Joevarian Hudiyana, mahasiswa S-3 Psikologi Universitas Indonesia. Papua memiliki sejarah panjang pelanggaran HAM, sebut saja Paniai Berdarah, Abe berdarah, Biak Berdarah , Wamena Berdarah dan konflik-konflik lain yang masih terus berlanjut hingga saat ini.
Dalam tesis ini, Hernawan berargumen bahwa penyiksaan dan kekerasan yang dilakukan aparat Indonesia merupakan cara Indonesia untuk mengatur dan memimpin masyarakat Papua. Sebagai gambaran, berikut cerita yang sempat terungkap dalam diskusi ini:. Di pegunungan tengah, dia dipukul tentara sampai hampir mati karena dituduh mencuri. Orang dari suku Lani juga banyak susah, tahun ada peristiwa penyanderaan orang-orang PBB dan Kopassus membalas dengan menghantam orang-orang Lani yang tinggal di Jila, Bela dan Alama.
OPM itu label karet yang bisa dilekatkan kepada siapapun. There are no words that can accurately describe playing with Miura clubs, the only way for a player to truly understand what it means to play a Miura Brand club whether it be a Miura Driver, Miura Iron, Or Miura Fairway Club etc, is to actually experience playing the clubs.
There is no other clubs on the planet that can match the feel, sound of the distinctive thwack on strike, perfect balance, or control that a player feels with a Miura Club in their hands.
The Miura tradition was started by master craftsman Katsuhiro Miura who works hands on in his own factory every day. Katsuhiro has pass on his knowledge and art of club crafting to his two sons, Yoshitaka and Shinei. The forging process used in crafting Miura Heads leaves the molecular structure perfectly and evenly balance which alleviates any void spots in the head which can be found in mass manufactured clubs.
If you are not interested in our stock Miura Clubs please contact Tour Shop Fresno through our contact form or give us a call at to have your custom clubs built and to get a quote. You can also purchase your heads, shafts and grips here and then contact us directly after with your specifications. If you purchase all of your components from us, we will build the clubs for you for FREE.
Though prices for custom clubs will vary and not be the same as our stock models. Products Per Page: 8 12 16 20 40 Consumer Printing. Inkjet Printer. Mobile Applications. Printer Buying Guide.
Inkjet Printer Software Development Kit. In the box. Contact us for enquiry. A4 20 N. The new M2 radar-mounted smart dash cam helps protect your drive by pairing with your compatible Escort radar detector.
Our roster of custom-installed radar and laser detection systems give you the ability to be tactful at any price point. Choose which features suit you best and expand as you go. A fully discreet solution to keep you alert no matter the road ahead. Build a complete driver alert system by pairing the M2 smart dash cam with your compatible Escort radar detector.
Easily manage your device settings, features, and video footage, all from the Drive Smarter app. We shut it down. Get ready to REDefine the road. Be prepared and more informed for anything on the road ahead with premium range and advanced filtering.
0コメント